Elite Lokal dan upaya pembentukan wajah baru identitas Melayu di Indonesia Pascareformasi (Local elite and new face formation effort for identity of Malays in Indonesia Post-Reformation)

Alfarabi . ., Antar Venus, Nuryah Asri Syafirah, Noor Efni Salam

Abstract


Pembentukan identitas baru Melayu pascareformasi dimulai ketika kebijakan otonomi daerah dan sistem politik pemilihan langsung bertemu dengan kekuatan elite lokal. Reformasi telah mendorong masyarakat Melayu Riau untuk mulai menunjukkan eksistensi mereka di daerah sendiri. Jalan yang diambil untuk menunjukan eksistensi tersebut dilakukan dengan merekonstruksi identitas Orang Melayu. Aktor yang mengambil bahagaian dalam rekonstruksi identitas Melayu tersebut adalah elit lokal. Penelitian ini mendeskripsikan bagaimana identitas Orang Melayu Riau dikonstruksi elit lokal untuk memberikan citra dan posisi sosial yang lebih strategis di tengah masyarakat. Analisis hasil penelitian menggunakan teori tindakan sosial dan pendekatan penelitian menggunakan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data utama mengunakan tehnik wawancara mendalam dan pengamatan. Dari hasil wawancara didapatkan dua bentuk identitas baru Melayu pascareformasi iaitu Melayu itu adalah Islam dan Melayu itu adalah anak negeri. Identitas baru tersebut bertujuan mereposisi kedudukan masyarakat Melayu dalam sistem sosial-politik di Riau. Konsekuensi dari pembentukan identitas baru Melayu adalah tuntutan kepada pemerintah, perusahaan dan pendatang yang ada di Riau untuk lebih mengutamakan Orang Melayu dalam bidang sosial, ekonomi dan politik lokal. Hasil penelitian menemukan bahawa motif pembentukan identitas baru Melayu pascareformasi adalah kekecewaan Orang Melayu di masa lalu yang banyak dirugikan oleh kebijakan Negara, perusahaan dan pendatang di Riau. Kekecewaan tersebut diolah oleh elit menjadi politik identitas sehingga menjadi kekuatan untuk menekan pihak-pihak yang dianggap merugikan Orang Melayu. Tujuan pembentukan identitas baru Melayu pascareformasi adalah melakukan reposisi kedudukan di bidang sosial, ekonomi dan politik dengan Orang Melayu di Riau diutamakan untuk menduduki posisi-posisi strategis.

Kata kunci: Melayu; rekonstruksi; identitas; elit; tindakan

 

Abstract


The establishment of a new Malay identity after the post-reformation began when the policy of regional autonomy and the electoral political system directly met with the strength of the local elite. Reformation has encouraged Riau Malay people to begin showing their existence in their own regions. The path taken to demonstrate this existence is done by reconstructing the identity of the Malay People. Actors who take part in the reconstruction of Malay identity are local elite. This study describes how the identity of Riau Malays is constructed by local elite to provide a more strategic image and social position in the community. Analysis of research results using social action theory and research approach using case study methods. The main data collection technique uses in-depth interview and observation. The result from interviewed, two new forms of Malay identity after the reformation, namely the Malay is Islam and the Malay is Anak Negeri. The new identity aims to reposition the position of the Malay community in the socio-political system in Riau. The consequence of forming a new Malay identity is the assertion for the government, companies and migrants in Riau to prioritize Malay People in the social, economic and local politics. The results of the study found that the motive for the formation of a new Malay identity after reformation was the disappointment of the Malay People in the past, who were greatly harmed by the policies of the State, companies and migrants in Riau. The disappointment is processed by the elite into identity politics so that it becomes a force to suppress those who are considered detrimental to the Malay People. The aim of establishing a new identity for the post-reformation Malay was to reposition the position in the social, economic and political fields where Malay People in Riau were prioritized to occupy strategic positions.


Keywords: Malay; reconstruction; identity; elite; action


Full Text:

PDF

References


Andriana, Nina. 2011. Hegemoni Ideologi Dalam Konstruksi Identitas Budaya Masyarakat Melayu Riau Pada Desain Arsitektur.Widyariset 14 (1):113-22.

Aprizal and Ali Yusri. 2013. Relasi Kekuasaan Dalam Budaya Melayu Riau. Demokrasi & Otonomi Daerah 11(2):71-80.

Attamimi, Natasha. 2015. Hegemoni Dalam Komunikasi: Sebuah Analisis Atas Arus Komunikasi Dan Informasi. Politika 1(1):78-86.

Basid, Abdul and Siti Khoirun Niswah. 2018. Tindakan Sosial Tokoh Husna Dalam Novel Lovely Hana Karya Indra Rahmawati Berdasarkan Perspektif Max Weber. Lingua XIV(1):1–8.

Chandran, Rona. 2015. Beyond Arbitrary Labels : Understanding Ethnic Identity Development among Chindians. SEARCH 7(2):1-17.

Creswell, Jhon W. 2014. Penelitian Kualitatif & Desain Riset; Memilih Di Antara Lima Pendekatan. 3rd ed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Din, Mohamed Anwar Omar, Wan Ahmad Fauzi Wan Husain, Mat Zin Mat Kib, and Junaidi Abu Bakar. 2017. Peranan UMNO Menegakkan Islam Dalam Perlembagaan Persekutuan : Satu Kajian Secara Kronologikal. Akademika 87(1):91-109.

Haboddin, Muhtar. 2012. Menguatnya Politik Identitas Di Ranah Lokal. Studi Pemerintahan 3(1):116-34.

Haryanto. 2009. Elit Politik Lokal Dalam Perubahan Sistem Politik. Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik 13(2):131-48.

Hun, Pue Giok and Charanjit Kaur. 2014. Identiti Etnik Minoriti Di Malaysia : Antara Realiti Sosial Tafsiran Autoriti Dan Tafsiran Harian. Akademika 84(1):57-70.

Husain, Wan Ahmad Fauzi Wan, Anisah Che Ngah, and Mohamed Anwar Omar Din. 2017. Islam Agama Bagi Persekutuan : Satu Kajian Sejarah Perundangan. Akademika 87(3):177-193.

Jamian, Muhd Norizam and Zubir Idris. 2019. Kebijaksanaan Adab Dalam Hikayat Melayu Tradisional Wisdom of Manner in the Traditional Malay Hikayat. Akademika 89(Spesial Issue):81-91.

Muhlis, Alis and Norkholis. 2016. Analisis Tindakan Sosial Max Weber Dalam Tradisi Pembacaan Kitab Mukhtashar Al-Bukhari (Studi Living Hadis). Jurnal Living Hadis 1(2):242-58.

Prasetya, Yanuar Yudha. 2014. Dinamika Internal Kekuasaan Antar Elit Dalam Organisasi Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Lamongan. 3(3):369-380.

Rahmatunnisa, Mudiyayati. 2015. Jalan Terjal Kebijakan Desentralisasi Di Indonesia Pada Era Reformasi. Ilmu Hukum 2(3):505-522.

Ramli, Efni. 2016. Tunjuk Ajar Melayu Riau. Al-Ishlah Jurnal Pendidikan 8(2):196-208.

Salam, Noor Efni. 2012. Simbol Dan Identitas; Kajian Tentang Negosiasi Dan Konsolidasi Terhadap Simbol Budaya Dalam Mempertahankan Identitas Masyarakat Riau. Ilmu Komunikasi Universitas Bandar Lampung 04 No.4:71-82.

Sjaf, Sofyan, Lala M. Kolopaking, Nurmala K. Pandjaitan, and Didin S. Damanhuri. 2012. Pembentukan Identitas Etnik Di Arena Ekonomi Politik Lokal. Soladity: Jurnal Sosiologi Pedesaan 6(02):170-78.

Suaib, Eka and La Husen Zuada. 2015. Fenomena ‘Bosisme Lokal’ Di Era Desentralisasi: Studi Hegemoni Politik Nur Alam Di Sulawesi Tenggara. Penelitian Politik 12(2):51-69.

Venus, Anter. 2015. Filsafat Komunikasi Orang Melayu. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.


Refbacks



ISSN: 0126-5008

eISSN: 0126-8694